Huawei tentu sudah familiar di telinga masyarakat luas. Bagaimana tidak, Huawei merupakan perusahaan manufaktur perangkat telekomunikasi dan ponsel terbesar di seluruh dunia.
Di balik keberhasilan Huawei, ada sosok pria miskin yang berjuang keras, yakni Ren Zhengfei. Ia merupakan pendiri merek ponsel yang kini tengah terancam keberadaannya di Amerika Serikat (AS).
Ren Zhengfei lahir tahun 1944 silam di perkampungan Zhenning, Guizhou, China. Ia lahir dari keluarga yang kurang mampu. Namun, Zhengfei sosok anak yang cerdas dan tercatat memiliki prestasi di bidang akademik.
Singkat cerita, usai lulus dari Universitas Chongqing, Zhengfei bergabung di dinas militer dan ditempatkan di bidang pengembangan teknologi.
Sayangnya, kariernya di militer tidak berjalan mulus lantaran ayahnya pernah bekerja di badan usaha yang dulu dikuasai oleh pemerintah dari fraksi Kuomintang (oposisi). Zhengfei sendiri juga dilarang bergabung di Partai Komunis China karena latar belakang keluarganya.
Padahal, inovasi yang dia lakukan di bidang teknologi militer cukup impresif. Dia pun sering dikirim menjadi delegasi ke konferensi skala nasional, hingga akhirnya pensiun di saat militer China mengadakan pemangkasan 500 ribu personel aktif.
Memasuki tahun 1987, pascapensiun Zhengfei mendirikan Huawei Technologies dengan modal 21 ribu Yuan atau sekitar Rp8,2 jutaan.
Pada awal perusahaan ini berdiri, Huawei aktif menjual peralatan telekomunikasi ke Hong Kong. Ia menjabat sebagai CEO di perusahaan besutannya sendiri dan masih bertahan hingga saat ini.
Walaupun tampil sebagai pendiri sekaligus pimpinan perusahaan, Ren Zhengfei cuma menguasai 1,4 persen saham Huawei. Padahal, perusahaan ini sempat mencetak laba sebesar US$92 miliar atau Rp1.281 triliun.
Itulah sebabnya mengapa Forbes menyebut kalau dia cuma punya total kekayaan Rp 22 triliun. Angka sebesar itu adalah setara dengan 1,4 persen saham Huawei.
Usut punya usut, sisa saham itu justru dibagikan ke para pegawai Huawei. Jadi, para pegawai itu hanya menerima uang setengah dari gaji karyawan normal di sebuah perusahaan. Setengahnya lagi dikonversikan dalam bentuk saham.
Dengan memiliki saham perusahaan, hal itu dinilai bisa meningkatkan rasa kepemilikan para pegawai terhadap perusahaannya.
Zhengfei merupakan sosok miliarder yang tak begitu senang diliput media. Ia lebih senang menghindari publik, entah apa alasannya. Akan tetapi, dia sempat angkat dalam kasus penangkapan putrinya oleh AS. Kala itu, dia mengkritisi tekanan-tekanan dari AS terhadap bisnisnya.
Jejak Bos Huawei: Modal Rp8,2 Juta Jadi Perusahaan Terbesar Dunia.
Comments
Post a Comment